Ekologi, Konflik, dan Rekonsiliasi: Analisis Puisi dari Aceh ke MOU Helsinki

Jurnal ANALISIS EKOLOGI DALAM BUNGA RAMPAI PUISI INDONESIA SEPERTI BELANDA : DARI KONFLIK ACEH KE MOU HELSINKI merupakan penelitian mengenai ekologi sastra. Ekologi Sastra merupakan disiplin ilmu yang bisa dibilang baru di Indonesia. Ekologi Sastra merupakan ilmu atau sastra yang mempelajari tentang hubungan antara manusia dan lingkungan hidup.  Buku antalogi puisi  BUNGA RAMPAI PUISI INDONESIA SEPERTI BELANDA : DARI KONFLIK ACEH KE MOU HELSINKI merupakan buku yang menceritakan tentang tsunami Aceh pada tahun 2004 silam. Sehingga berkaitan dengan Ekologi Sastra, bahwa suatu karya sastra tidak hanya bergantung pada indahnya suatu kata atau kalimat tetapi juga bagaimana pengarang menyatukan karya sastra dengan alam.

Selanjutnya pada Jurnal analisis ekologi dalam Bunga Rampai Puisi Indonesia Seperti Belanda : Dari Konflik Aceh Ke MoU Helsinki penulis mendefinisikan bahwa karya sastra merupakan tanggapan sang pengarang mengenai lingkungan sekitarnya.  Penulis juga menggunakan isitilah ekokritik pada bagian Landasan Teori. Penulis menyebutkan bahwa Ekologi Sastra berupaya untuk menemukan hubungan antara manusia dan alam sebagai suatu ekosistem yang saling bergantungan. Penulis menyebutkan bahwa Ekologi dalam puisi memiliki bentuk eksplisit dan implisit. Bentuk Ekologi implisit  memiliki diksi yang sulit dijelaskan dalam puisi, memiliki makna tersirat dari sang penulis, dan memiliki makna samar-samar atau diterangkan tidak begitu jelas. Sedangkan bentuk Ekologi Eksplisit memiliki Bahasa yang mudah dimengerti, menggunakan diksi yang sederhana, dan menggambarkan secara jelas maksud di dalam puisi.

Dalam melakukan penelitiannya, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu analisis dilakukan dalam bentuk mendeskripsikan informasi, gejala dan atau situasi ril-nya. Penulis menyebutkan bahwa penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan deskripsi yang rinci, lengkap dan mendalam guna mendukung penyajian data. Penulis menyebutkan hendak menggambarkan situasi sehingga data yang terkumpul bersifat deskriptif untuk mengidentifikasikan hubungan manusia dan lingkungannya di puisi. Penulis menegaskan bahwa penulis berupaya untuk memilih, mencari, dan, mengumpulkan data dari informasi atau objek yang tersedia di alam. Penulis menjelaskan bahwa data dalam penelitian adalah dari kata larik puisi pada Bunga Rampai Puisi Indonesia Seperti Belanda : Dari Konflik Aceh Ke MoU Helsinki.

Berdasarkan keterangan penulis, penulis menyebutkan bahwa Ekologi Implisit memiliki diksi yang  sulit untuk dijelaskan. Penulis juga menemukan terdapat 25 lebih makna kata tersirat, dan terdapat 9 data yang memiliki makna yang samar. Penulis juga menemukan Ekologi Eksplisit sebanyak 16 data yang dimana bahasanya mudah dimengerti , 35 data yang menggunakan diksi sederhana dan 21 data yang dimana menggambarkan secara jelas maksud dari puisi. 

Hasil penelitan penulis menyebutkan unsur-unsur ekologi implisit yang terdapat pada BUNGA RAMPAI PUISI INDONESIA SEPERTI BELANDA : DARI KONFLIK ACEH KE MOU HELSINKi, yaitu diksi yang sulit dijelaskan, contohnya ancala (gunung), baskara (matahari), dan chandra(bulan). Diksi diatas sulit dijelaskan dikarenakan merupakan kata-kata yang jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Unsur lainnya adalah memiliki makna yang tersirat dari penulis (pencipta puisi), merupakan makna yang  tersembunyi namun ingin disampaikan oleh penutur. Contohnya adalah merata buih di tepi pasir/menggulung menuju teluk/gugur ke tanah/keranda muram diusung ke makam (Tonggak 1, 1987) mempunyai makna mengerjakan sesuatu sampai keujungnya, jika diteruskan akan berhasil (menggulung menuju teluk). Memiliki makna samar-samar adalah unsur yang dimana tidak dapat dijelaskan benar atau salahnya suatu makna. Penulis menemukan penggunaan bahasa adiluhung dan menyembunyikan makna serapat mungkin, malah seolah-olah ingin menaruh setinggi mungkin dari jangkauan para pembaca.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *