Oleh: Enggar
Tahap pertama adalah ketika kita melihat gunung sebagai gunung, kemudian pada tahap kedua kita dapat melihat gunung bukan lagi sebuah gunung, pada tahapan ketiga kita akan melihat gunung sebagai sebuah gunung.
Mungkin akan terdengar aneh, maksudnya, bagaimana mungkin seseorang melihat sebuah gunung lalu kemudian memutuskan bahwa itu bukanlah sebuah gunung. Tentu saja pernyataan tersebut tidak untuk diterima secara mentah-mentah. Gunung di sini tidak melulu menunjuk pada sebuah objek alam yang menjulang lebih tinggi dari permukaan bumi di sekitarnya. Tetapi dapat pula diletakkan dalam sebuah analogi, misalnya dalam perkembangan pemahaman manusia atas suatu hal.
Apa sih definisi dari sebuah gunung? Menurut KBBI, sebuah gunung dapat didefinisikan sebagai sebuah bukit yang besar dan tingginya melebihi 600m. Menurut pendapat orang awam, mungkin gunung hanyalah gundukan tinggi yang dingin dan menyebalkan. Tetapi akan berbeda bagi masyarakat yang tinggal di sekitar gunung, apalagi jika penghidupan mereka bergantung pada gunung itu. Tentunya perbedaan pengertian tersebut tidak dapat terlepas dari pemahaman yang dimiliki oleh masing-masing pihak yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Sebagai perumpamaan, orang yang selama hidupnya tinggal di wilayah tropis tentu akan kesulitan untuk beradaptasi ketika tiba-tiba dipindahkan ke wilayah bersalju. Hal ini dikarenakan adanya adanya perbedaan pengetahuan dan kultur.
Bagi orang awam, apa yang diketahui tentang gunung mungkin terbatas pada deskripsi umum yang dapat dijumpai dari buku, televisi, ataupun media sosial. Maka dapat dikatakan bahwa mereka adalah kelompok yang berada pada tahap pertama dalam pernyataan di atas. Apa yang mereka ketahui tentang gunung terbatas pada apa yang dapat mereka lihat.
Sedangkan bagi masyarakat di sekitar wilayah pegunungan, apa yang mereka ketahui jelas lebih kompleks. Hal ini tidak lain dikarenakan oleh keberadaan masyarakat yang telah tinggal dan membentuk komunitas secara turun-temurun di wilayah itu. Sehingga muncul kebudayaan dan kearifan lokal yang kemudian menjadi pedoman bertahan hidup bagi masyarakat lokal. Sebagai contoh, pengetahuan tentang letak sumber air di gunung, jalur yang aman untuk dilalui, wilayah dimana binatang buas sering aktif, dan sebagainya. Sehingga kelompok masyarakat ini dapat dikategorikan sebagai orang-orang yang telah dapat melihat gunung bukan lagi sebagai gunung. Mereka telah mengetahui lebih dalam seluk-beluk mengenai keadaan dan situasi yang dapat terjadi di wilayah itu.
Dalam kategori ketiga, adalah mereka yang telah melewati kedua tahapan sebelumnya. Tentu saja mereka yang termasuk dalam kategori ini juga berawal dari tidak tahu apapun. Tetapi seiring dengan pengalaman yang didapat, kemudian timbul pemahaman. Sebagai contoh adalah para pendaki gunung. Sebelum memulai pendakian tentu seorang pendaki akan melakukan persiapan dengan mencari tahu informasi mengenai gunung yang akan dituju, rute menuju basecamp pendakian, jalur pendakian yang akan dilalui, medan dan karakteristik gunung, dan sebagainya. Kemudian ketika tiba waktunya, seorang pendaki akan merasakan dan menyaksikan sendiri seperti apa kondisi gunung yang didakimya. Seperti apa medan yang dilalui, bagaimana kondisi vegetasi di sepanjang jalur pendakian, satwa apa saja yang ditemui selama pendakian, dan masih banyak lagi yang bisa ditemukan selama pendakian. Hingga akhirnya ketika pendakian telah selesai dan tiba waktunya untuk kembali pada keseharian masing-masing, seorang pendaki dapat menceritakan kembali pengalaman apa yang telah ditemui selama masa pendakian. Hingga akhirnya sampailah kita pada kategori ketiga, untuk melihat sebuah gunung kembali menjadi sebuah gunung, tetapi di titik ini kita telah mengetahui apa saja yang mungkin akan dapat ditemui selama berada di gunung.
Dalam dengan kegiatan ShaLink Road to BET 2025 di Gunung Andong yang sebelumnya telah berhasil terlaksana beserta dengan bermacam dinamika dalam prosesnya, analogi di atas dapat digunakan dalam kegiatan. Bagaimana seseorang yang sama sekali belum pernah melakukan pendakian kemudian ikut berproses dan belajar bersama hingga selesainya kegiatan. Kemudian selama proses pendakian, semua peserta merasakan dan menyaksikan sendiri seperti apa keadaan trek pendakian Gunung Andong sampai ke puncaknya. Hingga akhirnya semuanya dapat kembali dengan selamat dan dapat membagikan pengalamannya mendaki sebuah gunung.
Semuanya adalah proses, dan dari proses inilah kita akan mendapatkan pengalaman. Mungkin tidak semua pengalaman yang ada adalah baik, tetapi ingat, kita dapat memilih.
Leave a Reply