Catatan Perjalanan dan Komentar atas Pengusiran Warga Sanglen

Ada kabar nih dari Pantai Sanglen, surga tersembunyi di Gunungkidul yang dulu jadi tempat warga cari nafkah, eh, sekarang kok malah jadi cerita suram. Warga diusir dari pantai mereka sendiri dengan alasan “akan dibangun destinasi wisata”. Kraton Yogyakarta dan investor swasta, Obelix, datang bawa janji-janji manis. Tapi, kenyataannya? Proyek itu justru mengambil dari warga! Warga terancam kehilangan lahan, kios-kios mereka dirobohkan, dan akses ke pantai pun ditutup.

SoOo, it started in 2022, warga diminta angkat kaki untuk proyek ini. Warga pun kembali beraktivitas, toh mereka butuh makan. Lalu, di 2024, mereka diusir lagi, kali ini lebih “serius”. Ada ancaman pidana, denda, bahkan surat teguran resmi. Tapi, tahukah kamu? Sampai Desember 2024, nggak ada aktivitas pembangunan. Yang ada cuma sampah di mana-mana, tumbuhan liar, dan pantai yang berubah jadi kawasan terbengkalai. Di sana juga dipasang paku bumi yang katanya sih mau dibuat jadi kolam renang dari destinasi wisata tersebut, tapi sekali lagi, ditinggalin mangkrak dan sangat gak enak dilihat. 

Yang bikin makin ngelus dada, sebagian warga nggak dapat ganti rugi, meski dijanjikan lokasi baru untuk kios mereka. Ya, empty promises. Padahal, menurut UU Keistimewaan No. 13 Tahun 2012, tanah kasultanan itu harusnya dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Bukannya diserahkan ke investor yang malah bikin proyek asal-asalan. Jadi, gimana nih, aturan dilanggar tapi rakyat yang dihukum?

Di balik semua drama ini, jelas ada miskomunikasi—atau mungkin sengaja dibuat nggak transparan? Dinas terkait bilang belum ada izin masuk, tapi kok warga udah diusir duluan? It’s getting worse ketika mereka yang tetap bertahan dibilang melawan hukum. Kalau warga cuma ingin dilibatkan dalam perencanaan, apa itu terlalu banyak?

Warga cuma ingin apa yang jadi hak mereka dikembalikan. Kenapa nggak ajak mereka mengelola Pantai Sanglen bersama-sama? Kalau memang niatnya bikin tempat wisata, bukankah lebih baik melibatkan masyarakat yang paham kondisi lokal? Sudah saatnya pemerintah, Kraton, dan pihak terkait introspeksi. Jangan sampai, yang disebut “pembangunan” cuma jadi kedok untuk meminggirkan warga. Pantai Sanglen pantas jadi destinasi indah, bukan cerita muram tentang ketidakadilan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *